Cinta

28 12 2007

Berkata Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah :

“Setiap suatu perkara berjalan dengan adanya cinta, Engkau tidak akan melakukan sesuatu kecuali karena engkau mencintai sesuatu itu, sampai sesuap makanan pun tidak akan engkau makan kecuali karena kamu mencintai (menyukai)nya. Oleh karena itu, dikatakan bahwa seluruh gerakan yang kita lakukan dibangun atas dasar cinta.”

Sampai-sampai orang yang tergila-gila kepada Laila mau mencium dinding-dinding rumah Laila karena cintanya kepada Laila. Dikatakan di dalam sebuah syair :

Saya melewati rumah, rumahnya Laila

Kucium dinding, dinding rumahnya

Bukanlah karena aku mencintai rumahnya

Akan tetapi aku mencintai sang pemilik rumah.”

Imam Ibnul Qoyyim juga mengatakan, “Cinta merupakan pondasi amal, maka syirik di dalam kecintaan berarti telah melakukan kesyirikan kepada Allah”

Allah ta’ala berfirman, “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah.” (QS Al Baqoroh : 165)

Namun perlu dipahami bahwa tidak semua cinta kepada selain Allah itu merupakan suatu kesyirikan. Para ulama telah membagi cinta ke dalam 3 jenis :

Pertama, cinta untuk Allah (lillah)

Yaitu mencintai karena Allah, dan benci karena Allah. Engkau mencintai sesuatu karena Allah mencintainya, baik yang dicintai itu berupa amalan atau seseorang.

Jenis cinta ini tentu saja tidak merusak tauhid, bahkan ia adalah penyempurna tauhid dan tiang agama yang paling kuat.

Kedua, cinta naluri

Yaitu berupa cinta yang tidak menafi’kan kecintaan kepada Allah, seperti cinta kepada istri, anak, dan harta. Rasulullah pun ketika ditanya siapakah manusia yang paling engkau cintai? Beliau menjawab, “Aisyah” (HR. Bukhori 3662)

Ketiga, cinta bersama Allah (ma’allah), inilah yang termasuk kategori syirik dalam kecintaan

Yaitu cinta yang menafikan kecintaan kepada Allah, mencintai selain Allah seperti mencintai Allah, atau lebih mencintai selain Allah daripada mencintai Allah dari tinjauan apabila bertubrukan antara mencintai selain Allah dengan mencintai Allah maka dia lebih mendahulukan cintanya kepada selain Allah. Jika keadaannya demikian, maka dia telah menjadikan cintanya tersebut sebagai tandingan terhadap kecintaan kepada Allah, karena dia mendahulukan atau menyamakan cintanya kepada selain Allah terhadap cintanya kepada Allah.

Sumber : Al Qaulul Mufid Syarh Kitabut Tauhid (Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin)


Aksi

Information

Satu tanggapan

10 03 2009
Zeest Khumaira

Allah senantiasa memberikan anugerah terbaik-Nya kepada orang-orang yang memberikan pilihannya kepada-Nya.

Maka, ketika sebagian orang berdoa
agar dapat menikah dengan pria yang mereka cintai,
Doaku sedikit berbeda, :
Aku memohon pada Allah, Yang Maha Menggenggam Seluruh Hati,,
agar aku dapat mencintai pria yang kelak menikahiku..

Tinggalkan komentar